Sniper IDF Bunuh Perawat Palestina, Militer Israel Buka Penyelidikan


GAZA - Militer Israel membuka penyelidikan atas kematian Razan al-Najjar, 21, perawat Palestina yang ditembak mati sniper pasukan pertahanan negara Yahudi (IDF) tersebut. Pembunuhan itu memicu kecaman yang meluas, karena korban ditembak saat menolong demonstran Palestina yang terluka.

"Militer telah berulang kali memperingatkan warga sipil agar tidak mendekati pagar (perbatasan) dan mengambil bagian dalam insiden kekerasan dan serangan teroris," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan. 

"(Militer) akan terus bertindak secara profesional dan bertekad untuk melindungi warga sipil Israel dan infrastruktur keamanan Israel," lanjut pernyataan militer rezim Zionis tersebut.

Para pejabat dan saksi layanan kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bahwa sniper militer Israel menembak Najjar saat dia mencoba menyelamatkan demonstran yang terkena tabung gas air mata Israel pada hari Jumat. 

Saat mendekati demonstran yang terluka, sukarelawan medis berparas cantik ini sudah mengenakan seragam warna putih dan mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa dia pekerja kemanusiaan.

Sementara itu, ribuan pelayat mengiringi prosesi pemakaman Najjar di Gaza pada hari Sabtu. "Dengan jiwa dan darah kami, kami membalaskanmu, martir Razan," teriak para pelayat ketika jenazah perawat itu dibawa ke rumahnya untuk perpisahan terakhir sebelum dimakamkan, seperti dikutip Reuters, Minggu (3/6/2018).

Para warga Gaza mengenal Najjar sebagai sukarelawan medis yang populer di tempat-tempat protes. Publik di Jalur Gaza menjulukinya "guardian angel" atau malaikat pelindung.

Kematiannya menambah daftar korban jiwa di pihak Palestina menjadi 119 orang sejak protes massal bertajuk "Great March of Return" dimulai sejak Maret lalu.

Lembaga Bantuan Medis Palestina (PMRC) mengatakan Najjar ditembak ketika dia berusaha memberikan pertolongan pertama kepada seorang pengunjuk rasa yang terluka.

"Menembak personel medis adalah kejahatan perang di bawah konvensi Jenewa," kata PMRC dalam sebuah pernyataan. PMRC menuntut respons internasional atas pelanggaran hukum humaniter Israel di Gaza.

Utusan PBB untuk Timur Tengah, Nickolay Mladenov, menulis di Twitter bahwa pekerja medis bukan target."Israel perlu mengkalibrasikan penggunaan kekuatannya dan Hamas perlu mencegah insiden di pagar perbatasan," tulis dia.(Jinfo/News)

Posting Komentar

0 Komentar