SURABAYA - Tak semua limbah menjadi sesuatu yang tak berguna. Di
tangan tiga orang mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, limbah marmer yang biasanya hanya
menjadi sampah tak berguna berhasil diubah menjadi beton yang berkualitas.
![]() |
| Mahasiswa ITS Ubah Limbah Marmer Jadi Beton Bermutu Tinggi |
Ketiga mahasiswa itu adalah Dimas Sanda Wicaksana, Gifary Maulana, dan Tommy
Anggryawan. Mereka mengubah limbah marmer yang tak ada nilainya menjadi beton
bernilai tinggi.
Limbah marmer yang dimaksud ini berupa potongan serbuk marmer yang biasanya
dihasilkan dari suatu industri pengolahan batu marmer. Serbuk marmer itu
biasanya dibuang atau hanya jadi tumpukan sampah di berbagai industri
pengolahan marmer.
Ketiga mahasiswa itu pun melakukan observasi dan membentuk tim
bernama Karyabrata. Bahkan, mereka menemukan limbah
marmer tersebut bertumpuk di sepanjang aliran sungai dan membuat laju air
terhambat. Kondisi itu cukup ironis terjadi di berbagai daerah.
“Jika tidak ada penanganan (limbah marmer, red) lebih lanjut, maka akan
menyebabkan bencana banjir di sekitarnya,” ujar Dimas, Ketua Tim Karyabrata,
Selasa (22/5/2018).
Ia melanjutkan, limbah yang dibuang percuma itu diolah dan berhasil dijadikan
beton. Potongan serbuk marmer digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan
beton yang kuat. Beton itu dibuat berukuran 15 x 30cm yang berbentuk silinder
dan bermutu 20 megapascal (MPa).
“Dalam proses pembuatannya, kami hanya membutuhkan waktu tiga hari dari waktu
normal 28 hari,” jelas mahasiswa program diploma 4 (D4) tersebut.
Selain menambahkan limbah marmer, katanya, untuk meningkatkan workability dan
mempertahankan keenceran beton, digunakan juga katalis berjenis sikacim.
Perpaduan ini dinilai pas dan menghemat anggaran.
“Harganya ekonomis dan memiliki mutu yang tinggi. Saya rasa ini cocok digunakan
untuk membuat beton versi mahasiswa,” ucapnya.
Meskipun mengalami beberapa kesulitan saat pengerjaan, Dimas mengaku timnya
tetap optimistis dan melakukan berbagai pengujian berulang kali hingga
berhasil. Di antaranya pengujian slump-flow untuk menentukan flowability atau
kemampuan alir dan stabilitas beton. Hal ini untuk mengetahui aliran beton yang
memenuhi celah-celah sempit akibat struktur yang terlalu dekat.
“Saat di lapangan kami kesulitan mengerjakan proses pencampuran pasir yang
tergolong berlumpur. Pasir yang berlumpur akan menghambat penyerapan yang
berakibat pada nilai kekuatan beton yang diharapkan,” jelas mahasiswa angkatan
2015 ini.
Berkat inovasi yang dilakukan dalam membuat beton tersebut, tim Karyabrata ini
juga pernah berhasil membawa pulang juara 2 dalam kompetisi beton nasional di
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah beberapa waktu
lalu.(Jinfo/News)

0 Komentar